Rabu, 20 Januari 2010

PESAWAT TEMPUR INDONESIA & ALTELERI PERTAHANAN UDARA TEMBAKI UFO


Seorang kolega Angkasa, dia adalah seorang penerbang tempur handal TNI AU, suatu ketika juga pernah memergokinya sekitar tahun 1995 di atas daerah Pameungpeuk Selatan, Jawa Barat.

"Saya tidak melihatnya secara visual namun radar kami menangkap gerakannya yang tak lazim," kata penerbang yang enggan disebut namanya ini. "Senior saya yang terbang bersama juga mengkonfirmasikan hal serupa. Tak ada pesawat tempur secanggih apa pun yang mampu bergerak seperti itu," tambahnya.

Ketika itu, ungkapnya, layar radar pesawatnya menangkap benda bergerak dari jarak sekitar 10 mil-laut. Dengan kecepatan yang begitu tinggi, mendekati kecepatan roket, dia mampu terbang zig-zag. Sebuah sifat wahana terbang yang belum mungkin dikembangkan manusia dengan teknologi paling mutakhir sekali pun. Nampaknya sang piring terbang sadar jika dirinya tengah dikuntit. Selama beberapa saat hal itu dibiarkan saja. Namun ketika penguntitan ini berlangsung hingga Lampung Selatan, dengan kecepatan yang begitu tinggi ia bergerak lalu hilang begitu saja dari layar radar.

Selain mampu bermanuver ganjil, UFO juga imun terhadap serangan udara. Diantara sekian pengusiran yang pernah dilakukan komando pertahanan udara sejumlah negara, yang menarik Indonesia termasuk pernah melakukannya pula. Peristiwanya terjadi pada tahun 1964, yakni semasa Indonesia tengah berkonfrontasi dengan Malaysia. Awal masalahnya adalah karena selama tujuh hari, selepas mahgrib menjelang subuh, Komando Sektor Pertahanan Udara di Surabaya memergoki UFO seakan tengah mengintainya.

Melalui sejumlah pertimbangan, UFO-UFO itu dihardik dengan tembakan meriam penangkis serangan udara. Gerakan mereka senantiasa dipantau radar. Uniknya, nampak di layar radar, bagaimana UFO-UFO itu membumbung tinggi setiap kali tembakan mengenai sasaran. Tidak ada yang jatuh. Kecuali di Surabaya, kasus penembakan UFO oleh artileri anti serangan udara juga terjadi di Kepulauan Kurillen yang dikuasai Soviet sekitar tahun 1950-an. Sama saja hasilnya, mereka seperti punya kekebalan terhadap senjata buatan manusia.

Nasib sial justru dialami penerbang MiG-21 AU Kuba. Merasa sudah memasuki jarak tembak, ia segera membidikkan rudal infra-merah K-13 ke arah sebuah piring terbang. Malang, entah mengapa, rudal tersebut justru meledak di bawah sayap dan meleburkan pesawatnya.



http://rixco.multiply.com/journal/item/47/PESAWAT_TEMPUR_INDONESIA_ALTELERI_PERTAHANAN_UDARA_TEMBAKI_UFO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar