Minggu, 10 Januari 2010

Outlook Minyak dan Gas Indonesia


Minyak:

Cadangan Minyak Indonesia yang sudah terbukti (proven) adalah 4.7 Milliar barrel, sedangkan cadangan yang belum terbukti (atau masih bersifat potensial) adalah diperkirakan sebanyak 5 Milliar barrel, data untuk tahun 2003.

Tetapi dalam releasenya BP Migas tahun lalu, cadangan minyak kita mengalami penurunan secara alami dan sekarang berada pada level yang terbukti sebanyak 4.3 Milliar barrel dan yang potensial sebanyak 4 milliar barrel yang tersebar dalam 60 Oil basins.

Dari 60 Oil basins tersebut, 22 belum ter-explorasi, sedangkan 38 sudah dieksplorasi secara extensive, dimana sebagian besar berada di belahan barat Indonesia. Diantara 38 Oil basins tadi, 15 sudah berproduksi gas dan minyak bumi, 11 belum berproduksi dan 12 belum terbukti.

Produksi Minyak (crude oil) Indonesia, yang memang kebanyakan berasal dari sumur-sumur tua, mengalami penurunan secara alami dari tahun ke tahun sebanyak 15% dari total produksi.

Namun dengan berbagai metode dalam upaya mengoptimalkan lapangan-lapangan yang ada seperti EOR, Steam Flood dan pengembangan lapangan-lapangan baru, maka penurunan tersebut dapat ditahan pada level 6.7% per tahun. Sehingga diharapkan target APBN dalam produksi Minyak Bumi Indonesia sebanyak 1.072.000 barrel per hari dapat dicapai.

Dengan demikian, jika tetap berproduksi sebanyak itu, maka dapatlah dihitung dalam waktu 10 tahun saja cadangan minyak terbukti kita akan habis. Anggaplah jika cadangan minyak potensial sebanyak 4 Milliar barrel tersebut ternyata memang ada, maka kita masih bisa punya waktu 10 tahun lagi untuk menikmati hasil Minyak Bumi kita.

Tapi mesti diingat, saat ini saja, tingkat konsumsi minyak kita per hari sudah sangat tinggi yaitu 1.084.000 barrel per hari, lebih tinggi dari produksi minyak bumi kita.

Meskipun demikian, Indonesia masih bisa meng-ekspor hasil minyak nya sebanyak 431.500 barrel per hari (data 2004), walaupun kemudian harus pula meng-import sebanyak 345.700 barrel per hari, sehingga Indonesia masih bisa disebut Net-Exporter sebanyak 85.800 barrel per hari atau total 31,3 Juta Barrel per tahun.

Kondisi ini jelas menunjukan trend penurunan jika dibandingkan pada tahun 1999, dimana Volume Net-Export Indonesia adalah 177,3 Juta barrel, tahun 2000 sebanyak 120,6 Juta Barrel, 69 Juta Barrel pada tahun 2001, dan 41,7 Juta barrel di tahun 2002.

Dengan melihat trend export/import diatas, maka para ahli berpendapat bahwa Indonesia bisa saja akan menjadi Net Importer, bukan lagi Net Exporter, dalam waktu kurang dari 10 tahun.

Apa artinya? Artinya Nilai Ekspor Minyak kita mulai kalah sama Nilai Import Minyak kita. Dan yang jelas, Minyak yang diimport dibeli dengan harga pasar International, sehingga pun ketika diolah menjadi Bahan Bakar Minyak, tentunya akan dijual dengan harga pasar International.

Hal ini lebih disebabkan karena pemerintah Indonesia diperkirakan akan terus mengurangi subsidi terhadap harga BBM, sehingga dipastikan dimasa datang harga BBM di Indonesia akan sesuai dengan harga pasaran International.

Dimana Cadangan Minyak Indonesia berada?

Kebanyakan cadangan minyak Indonesia berada di Daratan Sumatra Tengah, Jawa Barat dan perairan Kalimantan Timur.

Sumatra Tengah adalah daerah dengan cadangan minyak paling besar dan DURI dan MINAS adalah lapangan Minyak terbesar di Indonesia.. Di Duri dan Minas saja diperkirakan saat ini masih tersedia minyak untuk di sedot sebanyak 1 Milliar Barrel Oil, disamping potensial recoverable volume diperkirakan sebesar 200 juta barrel of crude oil.

Daerah-daerah tersebut saat ini dikuasai oleh PT. Caltex Pacific Indonesia, saat ini sudah berganti nama menjadi PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI). Pada masa jayanya, CPI pernah memproduksi minyak hampir 700 ribu barrel per hari, namun sejak kehilangan CPP Blok kepada Pemerintah Daerah Riau dan juga karena mulai menuanya lapangan Duri dan Minas, maka tahun 2005 kemaren produksinya menurun hanya 483.000 barrel per hari saja.

Cadangan minyak Indonesia lainnya banyak berada di perairan Kepulauan Natuna, dan selat Makasar di Timur Kalimantan.

Kemana Minyak Indonesia digunakan paling banyak?

Sekitar 70% dari Produksi Minyak Indonesia diolah untuk menjadi Produk Bahan Bakar Minyak (BBM). Total konsumsi Bahan Bakar Minyak yang digunakan untuk transportasi, listrik, industri dan rumah tangga untuk tahun 2003 mencapai 54,7 Juta Kiloliter.

Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Bahan Bakar Minyak inilah yang akan membuat makin cepat habisnya cadangan minyak Indonesia. Sehingga, disamping terus meningkatkan upaya penemuan minyak baru serta pengoptimalkan sumur tua, diperlukan kesadaran untuk menggunakan gas alam untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.

Sebagian lainnya di ekspor, yaitu Sumatra Light ( minyak Minas) yang mempunyai angka API gravitynya 34.5o , dan Minyak Duri dengan API Gravitynya 22o .

Kemana di Ekspor?

Jepang menerima Minyak Indonesia terbanyak yaitu 25%, diikuti oleh Korea Selatan (20%), China (20%), Australia (9.7%) dan USA (5.7%), dengan total keseluruhan sebesar 157,5 Juta barrel dalam tahun 2005.

Namun, Indonesia juga mengimport minyak sebesar (unofficial) 126.2 juta barrel dalam tahun 2005, umamnya dari Saudi Arabia (25.5%), Nigeria (6.4%), Malaysia (7%), Vietnam (6.4%) dan Angola (6%).

Sekedar informasi, minyak mentah (crude oil) belumlah bernilai tinggi sebelum diolah di pengilangan (Refinery). Minyak mentah sendiri dinilai dari Viscositas (Density) dan Kandungan Sulfurnya. Minyak mentah yang mempunyai viskositas rendah, disebut Light Crude, dan diukur dengan derajat API, seperti API gravitynya 35o yang dipunyai oleh Minyak Minas.

Makin rendah viskositasnya, makin mudahlah dia diproses menjadi Bahan Bakar Minyak hanya melalui proses Refinary yang sederhana.

Siapa penguasa Minyak di Indonesia?

Dari data tahun 2005, Chevron Pacific Indonesia (CPI) adalah penghasil minyak terbesar di Indonesia dengan menghasilkan hampir 55% dari total produksi Indonesia. Pada tahun 2004 saja, CPI mampu menghasilkan 507.900 barrel per hari dan 34.8 BCF of gas. Tapi ini sudah mengalami penurunan, dimana produksi paling top pernah dicapai CPI pada tahun

Apalagi dengan pengambilalihan Unocal pada bulan Agustus 2005 lalu, yang tentu saja termasuk pengambilalihan asset Unocal di Indonesia, makin menaikkan kapasitas produksi CPI secara keseluruhan.

Tahun 2005 kemaren Produksi CPI diperkirakan mencapai mencapai sekitar 590 ribu barrel per hari.

CPI menguasai areal Duri dan Minas dengan mendapatkan 4 PSC area, yaitu Rokan, Siak, MFK dan Kisaran. Khusus untuk Kisaran, blok ini baru dikuasai CPI pada tahun 2001 setelah membeli dari pemerintah.

Tapi hasil terbesar didapat dari blok Rokan, dimana beradanya Lapangan Minyak Duri dan Minas. Duri Field yang mempunyai luas sebesar 81 km persegi, mulai di- drill sejak tahun 1941, dan saat ini menghasilkan 199.000 barrel per hari. Sedangkan Minas, ditemukan pada tahun 1944, saat ini menghasilkan 284.000 barrel perhari.

Jika ditotal, maka pada bulan July 2002 lalu, dari Lapangan Duri dan Minas telah berhasil disedot minyak sebesar 10 Milliar barrel minyak.

Disamping menguasai Central Sumatra, CPI juga mempunyai share sebanyak 25% di South Natuna Sea Block-B yang dioperasikan oleh ConocoPhillips.

Setelah membeli Unocal agustus 2005 lalu, maka Unocal Indonesia pun berganti nama menjadi Chevron East Kalimantan (CEK). Berbeda dengan CPI, maka CEK lebih dominan beroperasi di Offshore. Selama tahun 2004, CEK sudah menghasilkan 55.700 barrel minyak per hari dan 124,2 BCF (Billion Cubic Feet) of gas.

Saat ini CEK mengoperasikan West Seno Field, The first Deep Water Project in Indonesia, di selat Makasar. West Seno menghasilkan minyak sebesar 60.000 barrel per hari dan 150 MMCFD of gas saat Phase-2 selesai.

Saat ini Chevron juga bermaksud untuk memulai mengembangkan Sadewa Gas Field yang dipercaya mengandung 150-600 BCF of gas.

Setelah CPI, makaTotal dengan produksinya sebesar 81800 barrel per hari adalah menduduki urutan ke dua, yang diikuti oleh CNOOC yang memproduksi hampir 81500 barrel per hari atau sekitar 7% dari total produksi Indonesia.

Sebenarnya, peringkat ke tiga di huni oleh Unocal dengan produksi sebesar 55700 barrel per hari pada tahun 2004, tapi pada tahun 2005 resmi dibeli oleh CPI, sehingga untuk selanjutnya, produksi minyak mentah Unocal akan digabung dengan produksi Chevron.

Setelah Unocal, maka Exspan berada dibelakangnya dengan produksi sebesar 54000 barrel per hari, yang ditempel ketat Pertamina dengan produksi nya 48400 barrel per hari. Conocophillips, Petrochina dan BP berturut-turut menyusul dibelakang dengan masing-masing ber produksi dibawah 45000 barrel per hari.

Kemudian diikuti oleh BSP (Bumi Siak Pusako) yang mendapat mandat mengolah CPP Blok dengan produksi perharinya 30000 barrel, Vico dan ExxonMobil masing-masing 28800 dan 21200 barrel per hari.

Cadangan gas bumi Indonesia yang terbukti dan potensi mengalamai kenaikan secara significant dengan ditemukannya lapangan minyak baru selama periode 2 tahun belakangan ini.

Pada saat ini jumlah cadangan gas bumi yang ada telah mencapai 185.6 Trilyun Kaki Kubik dimana terdiri atas 95.1 Trillyun Kaki Kubik cadangan terbukti dan 90.5 Trillyun kaki kubik cadangan potensial.

Adapun tingkat produksi gas alam di Indonesia saat ini (data tahun 2005) adalah sebesar 3.03 TCF (Trilliun Cubic Feet).

Dengan tingkat cadangan dan tingkat produksi diatas, maka diperkirakan kita akan masih bisa menikmati gas dan hasil penjualannya selama kurun waktu 62 tahun kedepan.

Sama halnya dengan Minyak bumi, maka cadangan Gas Bumi juga banyak terkonsentrasi di belahan barat Indonesia.Sehingga dengan demikian kegiatan explorasi baik untuk mencari cadangan minyak bumi maupun mencari gas bumi di lapangan baru perlu didorong ke arah Indonesia bagian timur.

Dalam beberapa tahun kedepan, Indonesia diramalkan akan menjadi pengimport minyak mentah. Bahkan, hal tersebut sudah tercapai, dalam ukuran per bulan, yaitu di tahun 2004.

Para ahli menyebut beberapa penyebabnya yaitu menurunnya tingkat produksi sumur-sumur yang sebagian memang sudah tua, ditambah dengan kurang nya investasi dibidang pencarian dan penggalian sumur baru.

Walaupun demikian, secara keseluruhan, untuk bidang energy, dengan bertumpuknya cadangan dibidang Natural Gas dan Batubara, maka Indonesia masih tergolong “Energy Exporter”.

Pemerintah sendiri masih mentargetkan untuk memproduksi minyak sebanyak 1,3 Juta barrel per hari pada tahun 2009.

Mengingat kondisi sumur yang banyak sudah “mature” dan sebagian lagi di daerah yang sulit dijangkau, dan dengan perbadingan antara “Risk dan Reward” yang dipandang tidak cukup attractive untuk mengundang investasi skala besar, maka dikeluarkan lah Peraturan Menteri ESDM No. 8 tahun 2005 pada bulan April 2005, yang memberikan insentif bagi perusahaan minyak yang meng-explorasi didaerah marginal dengan tambahan 20% reimbursment dalam Cost-Recovery.

Bahkan, konsep bagi hasilnya pun sekarang diganti menjadi 70/30 bagi Pemerintah dan Kontraktor untuk bidang “Oil”, dan 60/40 untuk Gas.

Kesimpulan

UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 berbunyi:

“Bumi dan air dan kekayaan alam yangterkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”

Pesan dari pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 sangatlah jelas mengedepankan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi dan golongan semata.

Sehingga, layaklah jika kita berharap bahwa didalam menghadapi masa depan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia dan demi menjaga cadangan minyak kita yang senantiasa makin menipis, sementara itu konsumsi BBM Indonesia yang cenderung meningkat dan sedemikian tingginya bahkan melebihi tingkat produksi nasional, maka sangat diperlukan upaya-upaya untuk mengurangi tingkat konsumsi BBM tersebut, demi mengamankan cadangan minyak dan gas bumi bagi anak cucu di masa mendatang.

Seperti diketahui diatas, 70% dari produksi minyak kita adalah untuk kebutuhan BBM, baik untuk industri, rumah tangga, listrik maupun transportasi.

Untuk itu perlu dilakukan kampanye terus menerus kepada masyarakat dan industri agar didorong untuk menggunakan energy secara efisien dan efektif serta memberikan insentif atau reward bagi pelaku yang berhasil mengurangi pemakaian energynya.

Untuk listrik, mungkin perlu perbanyak pembangunan listrik tenaga panas bumi (Geothermal), maupun tenaga air (Hydro Power), serta dengan memikirkan secara serius penggunaan Batubara.

Sedangkan untuk transportasi, kita rasa sudah saatnya pemerintah pusat maupun DKI khususnya, untuk sekadar mengambil contoh, untuk sesegera mungkin dan seserius mungkin melakukan pembangunan Mass Rapid Transportation, seperti yang sudah digunakan oleh kota-kota besar di negara maju lainnya.

Terakhir, Bio-Diesel, yang saat ini mulai semakin marak dengan meningkatnya permintaan dari USA dan Eropa atas bahan bakar ini, mungkin perlu diberikan porsi perhatian yang besar dari pengambil kebijaksanaan di negeri ini.

Sebagai contoh, Malaysia sebagai penghasil Minyak Sawit terbesar didunia, yang sudah mencanangkan akan menjadi negara penghasil Bio_Diesel terbesar didunia, saat ini dengan giat terus menarik dana investor untuk menanamkan modalnya untuk pembangunan Pabrik Bio-Diesel komersial pertama di Asia Tenggara.



http://don85.wordpress.com/2007/05/31/outlook-minyak-dan-gas-indonesia-2006/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar